Rabu, 30 Mei 2012

31 Mei 2012


31 mei 2012 bisa saja menjadi hari yg paling mengecewakan buatku,,

bagaimana tidak.. tepat hari ini adalah hari dimana aku dan dia sudah tepat satu tahun menjalani sebuah hubungan ...

aku bingung,, kenapa kemarin dia bilang gamau masuk hari ini?? KENAPA HARUS HARI INI DIA GA MASUUUUUKKKKKKKK :'(

kemarin aku sengaja tak memberitahunya berharap dia bisa peka akan semua yang akan terjadi pada hari ini...

waktu tanggal 29 Mei aku sengaja pergi keliling Jakarta untuk memberi kado buatnya setelah aku pergi ke perusahaan tmpat magangku di Pluit,, setelah dr pluit lumayan capek, panas,, lemas,,, pusing,,, tp... HEYYY... aku masih punya "sedikit" tenaga loh buat beliin dia sesuatu yang "mungkin" dia suka,,,,

ia sudah lalu dengan sisa tenagaku yang masih ada,,, aku berusaha naik kereta ke arah Jakarta,,, meski akhirnya harus nyasar ke daerah Bek**si akibat ketiduran wkwkwkwkwkwk,,, tp aku ga peduli akan semuanya,,, aku masih berharap bisa memberinya sesuatu yang bisa membuatnya tersenyum pada tanggal 31 Mei ini HARI INI, SAAT INI,,,,!!!!!!!

(aduuhh gw ampe nangis lg :'(  jujur baru pertama kali ini gw nulis blog sambil nangis di tengah gejolak pikiran gw yang sudah bercampur dengan Tugas Akhir yg bakal gw buat )

ok gapapa gw berusaha buat hapus air mata gw pake baju gw,, gw itu cowo gw ga boleh sedih lama2,,,

kita lanjutkan lagi ...

bekasi "mungkin" bakalan jd stasiun pertama,dan mungkin terakhir yang bakalan gw kunjungi,,, karena secara tidak sengaja gw ketiduran sampai nyasar ke daerah "asing"disana ...

sekali lagi,,, gw ga peduli, gw harus nyasar sampai sana,,,, tapi disana gw ucapkan 1 doa buat Tuhan Yesus

"Tuhan trima kasih karena engkau melindungi dan menjagaku sampai saat ini..
Ya Tuhan berkatilah aku pada hari ini,,, lindungi aku, jagalah aku di tempat ini,,

Tuhan Yang Maha Baik,,, berkatilah,, 
semoga di tanggal 31 Mei nanti...
aku bisa kasih sesuatu yang terbaik buat dia,,,,
semoga dengan bisa kasih sesuatu yang "tidak seberapa" ini..
bisa menggantikan rasa terima kasihku buatnya yang telah mendampingiku..
dalam suka maupun duka,,
selama setahun ini,,, "

mungkin itu sepenggal doa yang gw ucapin di hari itu,,,
sampai akhirnya dia memutuskan utk tidak masuk kuliah pada hari ini,,,
tp aku percaya Tuhan tidak pernah tidur,, Tuhan juga tidak pernah lelah utk mendengar doa umatnya,, apalagi dengan doa yang diucapkan secara tulus, sabar, rendah hati dari lubuk hati yang paling dalam... aku sangat percaya itu,,, meski aku ga munafik, kalo aku hari ini cukup kecewa dengan ketidakpekaannya..... :'(

sedih bgd waktu tanggal 30  Mei dia bilang ga masuk kuliah pada hari esok (hari ini), rasanya langsung nusuk bgd,, sakit bgd :'( waktu pulang dari perpus UI, ke kampus lagi, dan pas perjalanan pulang bareng dia gw sengaja diam dan menghentikan langkah gw,,,, berharap dia mengerti akan maksud yang ge lakuin itu,, tp,, DIA KURANG PEKA... GGUUUBRRAKKK..(*(*_)*_)*u*&&%$%&$

gw ngerasa semua usaha yang gw lakuin, semua rencana indah yang bakal gw jalanin utk hari ini, semua pengorbanan buat dia, yg mungkin dia ga tau, sampai akhirnya gw nunggu momen pada hari ini yang harus pupus dalam sekejap.. 

tp sekali lagi,, gw haru coba untuk kuat, gw berusaha buat mengerti keadaannya pada hari ini, karena gw juga gamau kalo harus dibanding2kan lagi dengan si "M" yang waktu dulu sangat mencintainya,,,,
aku berusaha buat nerima semuanya,,, dan sesuatu yang gw buat selama 4 hari sebelum hari ini semoga bisa jadi kenangan indah buatku, dan aku berusaha utk tidak patah semangat utk membuat sesuatu unik lainnya yang bisa gw buat pake tangan gw sendiri,,,, :'')

untuk menghapus kesedihanku, aku mencoba liat foto2 dia di fb, dimana setiap foto yang diambil,, menggambarkan senyum yang tulus darinya,,, aku coba lihat semua albumnya ketika dia bersama teman2nya,,, sahabat rafaelnya, ehh ada satu foto bareng mantanya yang lupa dia hapus yang menambah sakit :( tp gapapa,, toh gw juga dulu pernah foto brg mantan gw,,, yang sekarang sudah tidak tersisa lagi agar gw ga inget2 lagi masa lalu gw dan bisa 100 % fokus sama pacar gw sekarang...

tp diluar itu semua,, aku cuma bisa berharap semoga di hari ANNIVERSARY ini... gw bisa belajar lagi untuk bersikap dewasa,,,, berpacaran dengannya yang sudah setahun ini membuat gw yg dulunya masih bersikap anak-anak harus belajar utk bersikap dewasa ... semoga di 1 tahun ini kita bisa belajar lg utk saling mengejar cita2 kita masing2,, selalu berdoa pada Tuhan, dan tidak kenal lelah utk bekerjaa di ladang Tuhan... semoga kekuatan cinta kita bisa membuat kita saling kompak utk menjalani setiap masalah kehidupan dan semoga kita bisa terus saling memberi semangat ya sayang :')

oh iya dalam pacaran kita yang udah setaun ini aku cuma mau bilang kalo aku sayang sama kamu,, maafin aku ya sayang kalo selama setaun ini, aku sering kecewain kamu, sering buat kamu sedih, sering buat kamu ga suka sama sikap aku ,,,

untuk mengingat saja tempat2 yang pernah kita kunjungi selama satu tahun ini:

Bali
Ancol
Halte UI,
Halte POltek,
Jatinegara
Jakarta Theater
Detos
Buaran Plaza
TimeZone
Makan di kmp. melayu
Bogor
Botani
Food Court Detos
MCD
Museum Fatahillah
Museum Bank Mandiri
Monas
Warteg hehe
dan masih banyak lg,,, :')

sayang, semoga kedepannya aku bisa belajar utk lebih, lebih, dan lebih lagi untuk dewasa, dewasa dalam arti universal yang bisa berguna buat kamu, buat orang tua, buat sahabat, buat teman2 yang juga mencintai aku,,, :) dan semoga kamu juga kedepannya bisa jadi pribadi yang lebih baik lg yang dicintai Tuhan, Dicintai orang tua,, hehe,,,

HAPPY ANNIVERSARY MY PRINCESS
"INDRI LENCIA NOVELYN"
1ST

HEHE :*





Senin, 21 Mei 2012

Foto-foto Kebersamaan dengan Saudara Sepupu @Taman Anggrek :)

(kiri-kanan) Felix (my brother), Vivi (My Sister), Iko (my brother), Liza (my Sister), Me


With My Sister :)

 Iwak Peyek.com :)


HEYY YOUU!!! :)

NICE PICTURE :)

mY fAMIlY :)



Jumat, 09 Maret 2012

Pancake Buat Tuhan


Brandon bocah berumur 6 tahun. Suatu hari sabtu pagi, dimana biasanya orang tuanya tidak bekerja dan tidur sampai agak siang, Brandon menyiapkan sebuah kejutan. Ia berencana membuat pancake. Ia mengambil sebuah mangkuk besar, sendok, menggeser kursi ke pinggir meja, dan menarik sebuah tupperware berisi tepung yang berat, menumpahkan sebagian isinya ke lantai.
Lalu ia mengambil tepung itu dengan tangannya, sebagian berserakan di meja makan, lalu mengaduknya dengan susu dan gula sehingga bekas adonan berceceran di sekelilingnya. Ditambah lagi dengan beberapa telapak kaki kucingnya yang ingin tahu apa yang sedang terjadi. Brandon tampak tertutup dengan tepung dan kelihatan sangat frustasi. Yang dia inginkan hanya membuat sesuatu untuk menyenangkan mama dan papanya. Tapi kelihatannya yang terjadi malah sangat amat buruk.
Dia sekarang tidak tahu harus berbuat apa, apakah memasukkan adonan ke dalam oven atau dibakar di perapian. Lagipula dia tidak tahu cara menyalakan api di kompor atau di oven. Tiba-tiba dia melihat kucingnya menjilati isi adonannya dan secara reflek mendorong si kucing agar tidak memakan adonan itu.
Si kucing terlempar, membawa serta beberapa butir telur mentah yang ada di meja. Dengan cemas ia berusaha membersihkan telur yang pecah itu, tetapi justru terpeleset karena licinnya lantai yang kini dipenuhi dengan tepung, membuat pakaian tidurnya putih dan lengket. Dan saat itu jugalah dia melihat papa berdiri di dekat pintu. Air mata akhirnya berjatuhan di pipi Brandon. Yang ingin dia lakukan adalah berbuat baik, tetapi justru kekacauan yang luar biasa yang ia buat. Kini ia hanya dapat pasrah menantikan omelan, jeweran atau mungkin malah pukulan. Tetapi papa hanya memandang dia. Lalu berjalan melewati semua kotoran yang ia buat, mengangkat dan menggendong anaknya yang kini sedang menangis sehingga baju tidur papa ikut menjadi kotor.
Papa memeluk dan mencium Brandon.
Begitulah Tuhan berperkara dengan kita. Kita ingin berbuat sesuatu yang baik, tetapi malah kekacauan yang kita hasilkan. Pernikahan menjadi kacau, sahabat karib bertengkar, kita tidak tahan dengan keadaan di tempat kerja, kesehatan kita memburuk. Semua ini terjadi justru karena kita ingin berbuat yang baik. Kadang kala yang tersisa hanya tangisan karena tidak ada lagi yang dapat kita lakukan. Di situlah saatnya kita menerima kasih dan pelukan Tuhan.
Bila anda merasakan kasih Tuhan mengetuk di pintu hati anda hari ini, jangan menolakNya.

Sabtu, 17 Desember 2011

Tukang Arloji - Cerita Natal

Di Jerman tinggal seorang tukang arloji. Namanya Herman Josep. Dia tinggal di sebuah kamar yang sempit. Di kamar itu ada sebuah bangku kerja, sebuah lemari tempat kayu dan perkakas kerjanya, sebuah rak untuk tempat piring dan gelas serta tempat tidur lipat di bawah bangku kerjanya.

Selain puluhan arloji yang sudah dibuatnya tidak ada barang berharga lain di kamarnya. Di jendela kaca kamar itu Herman menaruh sebuah jam dinding paling bagus untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat. Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping. Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau permainan mereka rusak, Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk itu. “Belilah makanan yang enak atau tabunglah uang itu untuk hari Natal.” Ini jawaban yang Herman selalu berikan.

Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke kathedral dan meletakkannya di kaki patung Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah yang paling indah pada Yesus. Orang-orang bilang, kalau Yesus suka hadiah yang diberikan kepada-Nya, Ia akan mengulurkan tangan-Nya dari pelukan Maria untuk menerima bingkisan itu. Tentu saja ini legenda. Belum pernah terjadi bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menerima bingkisan Natal untuk-Nya.

Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Para penulis puisi membuat syair-syair yang aduhai. Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di Hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan menerima pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan, pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton.

Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya: “Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus?” Pernah satu kali panitia Natal bertanya: “Herman! Mana bingkisan Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu bawa.” Herman menjawab: “Tunggulah, satu ketika saya akan bawa bingkisan.” Tapi sedihnya, tukang arloji ini tak pernah punya apa-apa untuk Yesus. Arloji yang dibuatnya dijual dengan harga murah. Kadang-kadang ia memberikan gratis pada orang yang benar-benar perlu.

Tetapi dia punya ide. Tiap hari ia bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak satu orangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia tahu ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun bingkisan itu belum selesai. Herman membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada. Setiap bagian dikerjakan dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, beratnya, dan yang lainnya diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu.

Masuk tahun ke-25 Herman hampir selesai. Tapi dia juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadiah Natal itu membuat dia tidak punya cukup waktu untuk buat arloji dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong. Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tanbah cantik. Di jam dinding itu ada kandang, Maria sedang berlutut di samping palungan yang di dalamnya terbaring bayi Yesus. Di sekeliling palungan itu ada Yusuf serta tiga orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Kalau jam dinding itu berdering, orang-orang tadi berlutut di depan palungan Yesus dan terdengar lagu “Gloria in Excelsis Deo”.

“Lihat ini!” kata Herman pada Trude. “Ini berarti bahwa kita harus menyembah Kristus bukan hanya pada hari Minggu atau hari raya tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggu bingkisan kita setiap detik.” Jam dinding itu sudah selesai. Herman puas. Ia menaruh benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat orang. Orang-orang yang lewat berdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti bingkisan Natal dari Herman. Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia senang sekali sehingga ia memberikan uang yang dia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di rumahnya.

Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia segera ke pasar untuk membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu. Waktu dia buka pintu, Trude masuk sambil menangis. “Ada apa?” tanya Herman. Suami saya mengalami kecelakaan. Sekarang dia di RS. Uang yang kami tabung untuk beli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter. Anak-anak sudah menuggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan untuk mereka?”

Herman tersenyum. “Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan jual arloji saya yang masih sisa. Kita akan punya cukup uang untuk beli mainan anak-anak. Pulanglah.”

Herman mengambil jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan satu jam tangan yang unik. Ia tawarkan jam itu di toko arloji. Tapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tapi pegawai-pegawai bilang arloji itu kuno. Akhirnya ia pergi ke rumah walikota. “Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Tolong beli arloji ini?” Pak walikota tertawa. “Saya mau beli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dinding yang ada di jendela kaca rumahmu. Berapapun harganya saya siap.” “Tidak mungkin tuan. Benda itu tidak saya jual.”"Apa? Bagi saya semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 dolar.”

Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. “Tidak mungkin! Saya mau jual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu tidak. Itu untuk Yesus.” Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anaknya sudah menunggu. Mereka sedang menyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, beberapa orang polisi sudah berdiri di depan. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 dolar diberikan pada Herman. Tetapi Herman tidak menerima uang itu. “Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu,” teriak Herman sedih. Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berbunyi. Jalan menuju kathedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan.

“Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi”, kata Herman sedih. “Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik.” Herman bangkit untuk pergi ke gereja. Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. “Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari natal. Saya akan berikan ini pada Yesus. Itu lebih baik dari pada pergi dengan tangan kosong.”

Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan terasa di mana-mana. Altar tempat patung Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Di situ juga ada jam dinding buatan tukang arloji itu. Rupanya Pak walikota mempersembahkan benda itu pada Yesus. Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas. “Cih! Dia memang benar-benar pelit. Jam dindingnya yang indah dia jual. Lihatlah apa yang dia bawa. Memalukan!”

Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup. Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Ada tujuh anak tangga. “Dapakah saya sampai ke altar itu?”

Herman mulai menghitung. Satu! Dua! Tiga! Empat! lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah. Serentak semua orang berkata: “Memalukan!” Setelah mengumpulkan sisa tenaga Herman bergerak lagi. Tangga kelima. Kedengaran suara mengejek: “Huuuu…!” Herman naik setapak lagi. Tangga keenam. Omelan dan ejekan orang-orang berhenti. Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir. “Mujizat! Sebuah mujizat!!!”

Hadirin seluruhnya turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa. Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya. Air mata menetes dari mata tukang arloji itu. Inilah hari Natal yang paling indah dalam hidupnya.

- Diterjemahkan oleh: Eben Nuban Timo dari buku “Het Hele Jaar Rond. Van sinterklaas tot sintemaarten.” Disunting oleh Marijke van Raephorst (Rotterdam: Lemniscaat, 1973), hal. 61-66.

Rabu, 30 November 2011

Curhatan hati...

Dengarkan lah aku yang selalu inginkan kamu ! Kamu yang aku suka , kamu yang aku mau ! Lembaran baru tlah kita jalani ! Aku tidak mau sakit hati datang kepadaku . . . . . . Need you.....